Cari Blog Ini

Jumat, Agustus 24, 2012

Mandi Tujuh Bulanan Adat Banjar

MANDI TUJUH BULANAN ADAT BANJAR



I.       PENDAHULUAN
Perkembangan aneka ragam kebudayaan manusia. Pada hakekatnya disebabkan oleh pengalaman, lingkungan serta kemampuan manusia dalam menghadapi dan mengatasi tantangan hidup.
Bangsa Indonesia yang tersebar di kepulauan Nusantara dengan sifat, letak topografi dan pengalaman sejarah serta hubungan dengan kebudayaan asing, mengembangkan aneka ragam kebudayaan daerah dan mewujudkan masyarakat majemuk dipandang dari segi etnis. Oleh karena asal usul sejarah dan hubungan-hubungan yang diantara sesama penduduk di kepulauan Nusantara, maka kebudayaan dan masyarakat yang dikembangkannya mempunyai ciri-ciri kesamaan di samping adanya perbedaan.ciri-ciri tersebut mencerminkan kebudayaan nasional bangsa Indonesia yang menggambarkan persatuan bangsa seperti yang tersirat dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Di dalam perkembangannya, kebudayaan nasional diarahkan untuk memberikan wawasan budaya dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap dimensi kehidupan bermasyarakat, bernagsa dan bernegara serta ditujukan untuk menggugah semangat kerakyatan dalam peningkatan harkat dan martabat manusia Indonesia serta memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa.
Sebagai contoh adanya kegiatan ritual acara “Mandi Tujuh Bulan” pada saat masa kehamilan seorang ibu. Yang merupakan salah satu contoh kebudayaan masyarakat.

II.      PEMBAHASAN
Pada saat kehamilan seorang ibu memasuki bulan ketujuh dari usia kandungannya. Maka pada saat itulah acara Mandi Tujuh Bulanan dilaksanakan. Acara/kegiatan mandi-mandi merupakan kegiatan ritual atau simbol dari kebudayaan Banjar, dan juga dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi atau rasa kekeluargaan diantara keluarga, tetangga, dan juga masyarakat.
Sebelum acara Mandi Tujuh Bulanan dilaksanakan, terlebih dahulu disiapkan tempat untuk acara mandi-mandi yang ditempatkan di depan rumah, dan tempat setelah selesai acara mandi-mandi yang disediakan tempat duduk di dalam rumah. Adapun bahan bahan yang perlu disiapkan adalah sarung (tapih) cermin lilin benang jahit tiga warna,hitam putih kuning.koe jajanan khas banjar,anyaman kerajinan tangan,batang tebu yang masih ada daun diatasnya, sisir, parang, kelapa yang ada tunasnya  dengan tempurung,  mayang dari pohon pinang, pusaran air sungai, tiga pemuka/tokoh masyarakat.
  Pada saat acara dilaksanakan, semua keluarga, tetangga bersama-sama membaca Surah Yasin, sambil memangku tunas kelapa yang dibalut dengan kain kuning. Dan pada saat pembacaan Surah Yasin (ayat ke 56), sebelum ayat ke 58 (Salaamun Qaulam Mirrabbirrahim), si ibu sudah berada di tempat pemandian yang sudah dihiasi. Ketika dibacakan ayat ke 58 dari surah Yasin sebanyak 3 kali, maka disiramkanlah air “pusaran” tersebut kepada ibu yang hamil, yang dilakukan oleh tiga tokoh masyarakat secara bergantian.
Dari tiga tokoh masyarakat tersebut ada yang meletakkan mayang di atas kepala ibu hamil; ada yang memecahkan kelapa hingga pecah kemudian airnya di alirkan dari atas kepala ibu hamil, yang oleh si ibu hamil tersebut airnya yang jatuh dari kepala diteguk; mayang yang tertutup di pukul-pukulkan hingga pecah dan dilibas-libaskan dari depan ke belakang lalu diputar-putarkan sebanyak 3 kali, dan tunas kelapa yang dipangku oleh ibu hamil tadi juga diikutkan ketika acara mandi-mandi dilangsungkan.
Kemudian acara berebut hiasan yang dilakukan oleh para hadirin yang melihat acara mandi-mandi tersebut, lalu ibu hamil keluar dari tempat pemandian dengan cara melangkahkan kaki di atas benang tiga warna, dan menuju ke dalam rumah, sebelum memasuki rumah ibu hamil tersebut dibacakan salawat dengan ditaburkan beras ke arah ibu hamil, kemudian duduk di dalam ruangan ditengah-tengah para undangan.
Untuk melanjutkan acara ritual mandi-mandi, di dalam rumah. Lilin dinyalakan serta kaca diputar-putar sebanyak 3 kali, lalu ditiup oleh ibu hamil dan dibacakan do’a. setelah itu selain acara rebutan bagi para undangan juga disajikan hidangan sebagai ungkapan rasa terima kasih.


III.     KESIMPULAN
Acara ritual “Mandi Tujuh Bulanan” adalah suatu kebiasaan atau adat peninggalan leluhur yang dilakukan secara turun temurun.
Disamping untuk mempererat tali silaturahmi antara keluarga dan para tetangga, kegiatan pembacaan Surah Yasin dan  do’a yang dilakukan juga makna keseluruhan agar bayi dan ibu hamil yang dikandung dapat terhindar dari segala gangguan, serta diberikan kesehatan, keselamatan hingga si anak tersebut dilahirkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar