MANDI TUJUH BULANAN ADAT BANJAR
I. PENDAHULUAN
Perkembangan aneka ragam kebudayaan
manusia. Pada hakekatnya disebabkan oleh pengalaman, lingkungan serta kemampuan
manusia dalam menghadapi dan mengatasi tantangan hidup.
Bangsa Indonesia yang tersebar di
kepulauan Nusantara dengan sifat, letak topografi dan pengalaman sejarah serta
hubungan dengan kebudayaan asing, mengembangkan aneka ragam kebudayaan daerah
dan mewujudkan masyarakat majemuk dipandang dari segi etnis. Oleh karena asal
usul sejarah dan hubungan-hubungan yang diantara sesama penduduk di kepulauan
Nusantara, maka kebudayaan dan masyarakat yang dikembangkannya mempunyai
ciri-ciri kesamaan di samping adanya perbedaan.ciri-ciri tersebut mencerminkan
kebudayaan nasional bangsa Indonesia yang menggambarkan persatuan bangsa
seperti yang tersirat dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Di dalam perkembangannya, kebudayaan nasional
diarahkan untuk memberikan wawasan budaya dan makna pada pembangunan nasional
dalam segenap dimensi kehidupan bermasyarakat, bernagsa dan bernegara serta
ditujukan untuk menggugah semangat kerakyatan dalam peningkatan harkat dan
martabat manusia Indonesia serta memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa.
Sebagai contoh adanya kegiatan ritual
acara “Mandi Tujuh Bulan” pada saat masa kehamilan seorang ibu. Yang merupakan
salah satu contoh kebudayaan masyarakat.
II. PEMBAHASAN
Pada saat kehamilan seorang ibu
memasuki bulan ketujuh dari usia kandungannya. Maka pada saat itulah acara
Mandi Tujuh Bulanan dilaksanakan. Acara/kegiatan mandi-mandi merupakan kegiatan
ritual atau simbol dari kebudayaan Banjar, dan juga dimaksudkan untuk
mempererat tali silaturahmi atau rasa kekeluargaan diantara keluarga, tetangga,
dan juga masyarakat.
Sebelum acara Mandi Tujuh Bulanan
dilaksanakan, terlebih dahulu disiapkan tempat untuk acara mandi-mandi yang
ditempatkan di depan rumah, dan tempat setelah selesai acara mandi-mandi yang
disediakan tempat duduk di dalam rumah. Adapun bahan bahan yang perlu disiapkan
adalah sarung (tapih) cermin lilin benang jahit tiga warna,hitam putih
kuning.koe jajanan khas banjar,anyaman kerajinan tangan,batang tebu yang masih
ada daun diatasnya, sisir, parang, kelapa yang ada tunasnya dengan tempurung, mayang dari pohon pinang, pusaran air sungai,
tiga pemuka/tokoh masyarakat.
Pada saat acara dilaksanakan, semua keluarga, tetangga bersama-sama membaca
Surah Yasin, sambil memangku tunas
kelapa yang dibalut dengan kain kuning. Dan pada saat pembacaan Surah Yasin
(ayat ke 56), sebelum ayat ke 58 (Salaamun
Qaulam Mirrabbirrahim), si ibu sudah berada di tempat pemandian yang sudah
dihiasi. Ketika dibacakan ayat ke 58 dari surah Yasin sebanyak 3 kali, maka
disiramkanlah air “pusaran” tersebut kepada ibu yang hamil, yang dilakukan oleh
tiga tokoh masyarakat secara bergantian.
Dari tiga tokoh masyarakat tersebut
ada yang meletakkan mayang di atas kepala ibu hamil; ada yang memecahkan kelapa
hingga pecah kemudian airnya di alirkan dari atas kepala ibu hamil, yang oleh
si ibu hamil tersebut airnya yang jatuh dari kepala diteguk; mayang yang
tertutup di pukul-pukulkan hingga pecah dan dilibas-libaskan dari depan ke
belakang lalu diputar-putarkan sebanyak 3 kali, dan tunas kelapa yang dipangku
oleh ibu hamil tadi juga diikutkan ketika acara mandi-mandi dilangsungkan.
Kemudian acara berebut hiasan yang dilakukan oleh para
hadirin yang melihat acara mandi-mandi tersebut, lalu ibu hamil keluar dari
tempat pemandian dengan cara melangkahkan kaki di atas benang tiga warna, dan
menuju ke dalam rumah, sebelum memasuki rumah ibu hamil tersebut dibacakan
salawat dengan ditaburkan beras ke arah ibu hamil, kemudian duduk di dalam
ruangan ditengah-tengah para undangan.
Untuk melanjutkan acara
ritual mandi-mandi, di dalam rumah. Lilin dinyalakan serta kaca diputar-putar
sebanyak 3 kali, lalu ditiup oleh ibu hamil dan dibacakan do’a. setelah itu
selain acara rebutan bagi para undangan juga disajikan hidangan sebagai ungkapan
rasa terima kasih.
III. KESIMPULAN
Acara ritual “Mandi Tujuh Bulanan”
adalah suatu kebiasaan atau adat peninggalan leluhur yang dilakukan secara
turun temurun.
Disamping untuk mempererat tali silaturahmi antara
keluarga dan para tetangga, kegiatan pembacaan Surah Yasin dan do’a yang dilakukan juga makna keseluruhan
agar bayi dan ibu hamil yang dikandung dapat terhindar dari segala gangguan,
serta diberikan kesehatan, keselamatan hingga si anak tersebut dilahirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar